July 19, 2007

Workaholic dan masochist itu tipis bedanya

Ritual kerja di NGO mungkin nggak seperti yang dipikir kebanyakan orang. Santai, fleksibel, pulang tenggo, makan siang keluar kantor, atau bisa izin sehari dua hari untuk urusan pribadi. Santai, tergantung…seberapa banyak proyek yang lagi dikerjain. Fleksibel, ya okelah, at least buat ijin kedokter seharian gak diresein. Kabur jam makan siang, hmmm..kalo ngeliat daerah kantor gue yang superdupermacet di jam berapapun, nggak janji deh.

Setahu gue, jam kantor lazimnya mulai dari jam 8.00 pagi sampai jam 05.00 sore. Sebagian kantor lain ada juga memberlakukan flexy hour yang artinya boleh datang jam berapa apa, sampai toleransi waktu tertentu, tapi total hour bekerja sehari harus sampai 8 jam. Tapi ada juga kantor yang nggak punya jam kerja tetap. Kantor gue salah satunya. Harusnya NGO juga mengikuti aturan jam kantor yang lazim, tapi NGO gue jelas enggak. Entah kenapa emang nggak pernah ada tuh, ceklokan absen. Dan menjadi nggak penting juga, kalo orang-orangnya kerja kayak maniak semua. Apalagi dengan kondisi kantor yang jelas kurang orang. Mau nggak mau, semua orang harus mau ngerjain semua. Sejauh ini, gue masih toleran. Karena gue tau, semua orang bekerja sama kerasnya, sampe lembur nggak karu-karuan. Apalagi untuk waktu-waktu tertentu dimana tenggat proposal udah nyaris,dan yang nyaris nggak cuman 1, 2, tapi bisa 3 proposal disaat yang bersamaan. Mau nangis, tapi kalau nggak dikerjain, selamat gigit jari aja tahun depan.

Itu yang namanya bisa pulang kantor jam 5.00 teng, hampir sama kayak dapet lotre, saking nggak pernahnya. Lihat matahari sore waktu pulang, ampe surprise sendiri. Otomatis, urusan gaul bergaul sehabis jam kantor jadi kacau berat. Nggak pernah lagi yang namanya kongkow-kongkow sama temen, pulang nggak bawa kerjaan aja udah bagus.

Kembali ke kesibukan tiada tara, kadang sampe ada yang ngerasa jadi masochist sejati. Waktu banjir tempo hari, kantor gue udah nggak bisa diakses. Gue yang masih usaha menembus kemang, akhirnya nyerah dan balik pulang ke rumah. Beberapa yang lain, dari arah Pasar Minggu, terperangkap banjir di beberapa bagian Buncit yang memang cerukannya dalem. Dengan kesaktian ala mandraguna, salah satu dari temen gue, bisa nyampe dikantor dengan selamat. Hanya karena kerjaannya numpuk. Parkir di perkantoran kuningan, dan naik busway ke kantor, sementara daerah rumahnya di Meruya. Komentar gue ke dia waktu itu cuma satu: Kayaknya gue nggak seworkaholic dan semasochist itu amat kaliii...kalo ada divisi pengaduan di depnaker yang khusus menangani orang-orang yang bekerja melebihi waktu kerja sampe-sampe nggak memperdulikan status banjir siaga 1, gue akan dengan senang hati ngelaporin temen gue itu...

No comments: